Pesona alam Sumatera Utara memang tak ada habisnya. Tidak hanya keindahan Danau Toba yang sudah mendunia, Sumatera Utara juga memiliki kawah putih yang keindahannya tak kalah mempesona setiap mata yang memandang.
Jika di daerah Ciwidey, Jawa Barat, terdapat wisata alam Kawah Putih, di Sumatera Utara juga memiliki wisata alam kawah putih yang pesonanya tidak kalah indah. Dinamakan Tinggi raja, merupakan sebuah cagar alam yang terletak di Desa Tinggi Raja, Kecamatan Silau Kahen, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Letaknya tepat di tengah-tengah kawasan hutan lindung, Tinggi Raja memiliki pesona bukit kapur berwarna putih dengan danau air panas yang berwarna biru kehijauan.
Lokasinya jauh dari hiruk pikuk Kota Medann, dengan jarak tempuh 80-90 Km atau sekitar 3-4 jam dari Medan. Untuk mencapai tempat ini ada beberapa rute yang bisa Anda pilih. Anda bisa memilih jalur Medan menuju Lubuk Pakam, Galang, Dolok Masihul, Nagori Dolok lalu Dolok Tinggi Raja. Rute lainnya dari Medan melewati Lubuk Pakam, Galang, Bangun Purba lalu Dolok Tinggi Raja.
Alasan kondisi jalan yang lebih bagus dan jarak tempuh yang lebih dekat, saya beserta rombongan memilih menggunakan jalur yang kedua. Koltur tanah menuju Tinggi Raja sangat bervariasi. Kondisi jalan mulus dari Medan hingga Lubuk Pakam, berubah menjadi sedikit berbatu ketika memasuki Galang. Jalannya pun semakin menyempit. Sepanjang perjalanan, mata seolah dipenuhi pemandangan pohon sawit dan pohon karet. Sesekali hamparan padi yang hijau juga bisa Anda temukan.
Tantangan semakin bertambah ketika kami tiba di pintu masuk wisata alam ini. Dari pintu masuk, masih berjarak 12 km lagi untuk tiba di Tinggi Raja. Kontur tanah berbukit sedikit menyulitkan kendaraan kami untuk melintas, belum lagi masih banyak jalan yang berlubang dalam. Jalanin licin juga sempat menghambat kami. Sangat diperlukan ekstra kehati-hatian untuk melintasi jalan ini, apalagi jika cuaca sedang hujan. Lebih baik tidak menggunakan kendaraan matic karena ini akan menyulitkan perjalanan.
Tak hanya kondisi jalan berliku yang harus dihadaoi, berbagai pungli pun menghampiri. Seakan menjadi hal yang lumrah jika muncul tempat wisata yang baru saja diekspos, tentu saja yang paling diuntungkan adalah masyarakat setempat. Setelah harus membayar Rp10ribu di pintu masuk, kami melewati empat kali pemungutan lainnya. Dengan dalil perbaikan jalan, masyarakat mengharuskan kami membayar kembali Rp5ribu. Tak hanya disitu, dipertengahan kami harus membayar kembali Rp15ribu. Kami juga melewati dua kali rombongan anak-anak yang meminta dengan sedikit memaksa, namun maaf yang ini harus kami lewatkan, karena kondisi kantong yang mulai menipis. Retribusi perorangan sebesar Rp1000 juga harus dibayar pada posko pintu kedatangan. Lagi-lagi pembayaran retribusi tetap saja tidak disertai dengan karcis resmi. ah, sudahlah, hal ini juga banyak ditemukan di tempat wisata lainnya.
Setelah melewati semua tantangan, akhirnya sampailah kami di area parkiran. Begitu besar keinginan mata ini menyaksikan keindahan Si Kawah Putih. Ternyata kami belum bisa bernafas lega, karena untuk menikmati pesona batu kapur dan danau biru Tinggi Raja, masih ada fase mendaki bukit kapur kurang lebih 10 menit yang harus dilalui. Jalannya juga cukup terjal dipenuhi batu kerikil. Hmm, pastikan Anda memakai alas kaki yang sesuai.
Akhirnya kami pun tiba di lokasi bukit kapur yang menjadi tujuan kami. Batu kapur diselimuti warna putih uap panas yang keluar dari mata air panas. Warna danau yang hijau meneduhkan mata dan hati. Namun sayang, Tinggi Raja saat itu dipadati pengunjung yang menghabiskan libur mereka. Kami pun tidak leluasa menikmati keindahan tempat ini. Lebih baik mengunjungi tempat ini pada hari biasa bukan akhir pekan atau hari libur.
Cuaca cukup terik, kami pun berteduh di sebuah warung tenda. Selain dipadati pengunjung, tempat ini juga dipenuhi warung tenda yang menyediakan tikar, makanan dan minuman. Kehadiran warung tenda ini cukup membantu bagi pengunjung yang haus dan lapar. Namun tentu saja imbasnya adalah tumpukan sampah. Sangat disayangkan, tempat seindah ini dikotori oleh tumpukan sampah sisa makanan dan botol minuman. Ini harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat setempat.
Seperti memanfaatkan keberadaan objek wisata baru, masyarakat juga mendulang rezeki, semua punya harga. Mulai dari kamar mandi hingga spot untuk berfoto juga dikenakan tarif. Harganya berkisar Rp1000-Rp2000. Fasilitas yang tersedia juga masih sangat minim, kamar mandi yang tersedia juga masih sederhana, bahakan ada yang hanya ditutupi bebrapa helai kain panjang. jika tidak siap, rumah warga juga banyak menyediakan fasilitas toilet.
Kami pun kembali menikmati keindahan si kawah biru. Kami pun harus mengelilingi pinggiran danau untuk bisa mencapai pusat endapan air panas. Bau belerang langsung menyengat hidung ketika kami berada di pusat endapan air panas. Airnya juga cukup panas dan Anda harus berhati-hati karena terdapat endapan kapur yang sedikit licin. pepohonan di sekitar danau ini pun ikut mongering karena cairan sulfur dari endapan mata air. Namun sayang, lagi-lagi kami juga menemukan tumpukan sampah yang risih dipandang. Hampir menutupi satu sisi danau. Harusnya kawasan ini harus steril dari sampah.
Pesona Tinggi raja juga tidak terlepas dari berbagai mitos yang masih dipercaya oleh penduduk setempat.Kami sempat bercerita dengan seorang ibu penjual makanan yang juga penduduk setempat, bernama Lina Boru Purba. Menurut Lina, lokasi danau yang ada saat ini, baru muncul sekitar tahun 2010 lalu. Sebelumnya danau ini berada di sebelah Timur, lalu pernah berpindah ke sebelah Barat. Sebelumnya hanya berupa kolam-kolam kecil, dengan mata air panas. Tahun 2010 mulai ditemukan sebuah kolam kecil yang semakin lama membesar menjadi danau.
Beragam cerita tentang asal muasal bukit kapur ini juga banyak berkembang di mayarakat setempat. Menurut Lina, puluhan tahun lalu ketika Raja dan penduduk Tinggi Raja tengah merayakan pesta panen, ada seorang nenek yang hidupnya sangat memprihatinkan dan hidup sebatang kara. Raja pun memerintahkan beberapa hambanya untuk mengantarkan makanan kepada sang nenek. Namun, ditengah perjalanan, para hamba memakan habis seluruh makanan yang ada. Sang nenek pun marah dan memukulkan tongkatnya ke tanah lalu mengutuk seluruh penghuni. Seketika muncullah banyak mata air di halaman rumah warga.
Ada juga versi lain yang berkembang. Dulunya kampung ini bernama Bauan. Suatu saat raja tengah melakukan kenduri. Ritual kenduri memiliki pantangan yakni tidak dibenarkan memakan hati kerbau. Namun, sangat disayangkan, anak sang Raja mengambil hati kerbau itu dan memakannya bersama warga desa. Mereka akhirnya terkena sumpah Tinggi Raja mengakibatkan seluruh warga harus berhadapan dengan kematian. Begitu juga dengan sang anak raja, yang mati akibat air panas yang menghempas dirinya. Air panas ini menjadi asal muasal terbentuknya bukit kapur Tinggi Raja.
Obyek wisata ini memang belum terekplorasi dengan baik. Keberadaanya yang berada tepat di tengah-tengah kawasan hutan lindung yang luasnya mencapai 176 hektar, membuat obyek wisata ini belum sangat dikenal. Objek wisata Kawah Putih Tinggi Raja memliki lahan kawah seluas 4 hektare. Pesonanya sungguh sangat mengagumkan. Saya terpesona melihat keindahan bukit putih kapur dengan aliran angin panas ditambah dengan hijaunya danau yang menyejukkan mata, seolah-olah menciptakan gradasi warna yang indah.
Uap dari aliran air panas yang mengalir diantara bebatuan semakin menambah kesan dramatis tempat ini. Sumber air panas ini berasal dari bukit-bukit kecil yang berada di tempat itu. Aliran air panas mengalir diantara bebatuan kapur yang berundak-undak, warnanya putih menyerupai salju. Ada pula yang menyebutnya dengan Salju Panas.
Ada beberapa tempat yang bisa Anda kunjungi di sini. Selain keindahan bukit kapur yang dilalui aliran air panas, ada juga danau hijau tempat berlabuhnya aliran air panas. Menurut masyarakat sekitar, warna hijau ini tercipta dari endapan lumut. Karena kedalaman danau yang belum diketahui, pengunjung dilarang untuk mandi di danau ini. Bahkan menurut ceritanya, danau ini pernah memakan korban sepasang muda-mudi yang tenggelam dan tubuhnya hangus terbakar akibat suhu air yang terlalu panas.
Jika Anda ingin berenang, terdapat aliran sungai di sisi lain danau ini. Airnya cukup tenang dan dingin. Ada juga air terjun dan mata air panas yang suhunya tidak terlalu panas. Air panas yang mengandung belerang ini dipercaya ampuh menyembuhkan penyakit kulit dan terapi mengobati kelelahan tubuh.
Tak terasa hari pun menjelang sore, dan langit mulai mendung. Kami pun bergegas menuruni bukit kapur menuju area parkiran. Tarif parkir yang berlaku adalah Rp25ribu untuk mobil dan Rp5ribu untuk sepeda motor. Berjarak 500 meter dari area parkiran terdapat pula kawah kecil berwarna biru langit yang menurut masyarakat setenpat, kawah ini adalah asal muasal kawah putih. Kami pun memarkirkan kendaraan dan menyempatkan diri berfoto di tempat ini. Lagi-lagi kami pun diharuskan membayar Rp2ribu untuk dapat berfoto di tempat ini. Fantastis!
Keberadan Kawah Putih Tinggi Raja menambah kekayaan dan keindahan alam yang dimiliki wilayah Sumatera Utara. Akomodasi dan kondisi jalan yang masih sangat minim harusnya menjadi masalah yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah setempat. Belum lagi banyaknya pungli oleh masyarakat setempat, sedikit mengganggu para wisatawan yang datang. Hendaknya retribusi harus segera ditetapkan agar tidak terjadi penyelewengan.